FOKUS

OTHER LANGUAGE

SIAPA KAMI

Redaksi Kokemi (Korban Kejahatan Militer dan Korporasi) adalah sebuah Projek Investigasi bersama, Solidaritas tanpa batas dan usaha pengarsipan data kejahatan Militer dan Korporasi. Selain itu, Page ini kami inisiasi sebagai usaha interupsi atas kebringasan media maistream yang senatiasa tetap aktif mereposisi amarah menjadi sesuatu yang justru dikotomik.

Anda dapat berkontribusi di Page ini.
Kontribusi dapat berupa Opini | Artikel | Komunike | Laporan | Rilis | Foto | Video atau segala bentuk material kampanye yang dapat mendukung Perjuangan Pembebasan melawan Tirani dan Otoritas

Kiriman dialamatkan Pada redaksi kami:
Email : redaksikokemi @ gmail.com
Facebook Page : Redaksi Kokemi

18 pekerja tambang tewas ditembak polisi


Sedikitnya 18 pekerja tambang tewas ditembak polisi dalam demonstrasi di tambang platinum di Marikana, Afrika Selatan, Kamis (16/8). Sekitar tiga ribu orang mogok kerja sejak Jumat pekan lalu menuntut kenaikan upah kepada Lonmin, perusahaan tambang asal Inggris. Insiden ini adalah salah satu yang paling berdarah di Afrika Selatan sejak era apartheid berakhir pada tahun 1994.


Angka resmi kematian pekerja tambang belum diketahui. Juru kamera kantor berita Reuters melihat sedikitnya 7 jasad pekerja, sedangkan Asosiasi Pekerja Tambang dan Serikat Konstruksi (AMCU) memperkirakan 12 orang tewas. Reporter Asosiasi Pers Afrika Selatan (SAPA) yang menyaksikan langsung insiden itu menghitung 18 pekerja tambang tewas. Sejumlah demonstran juga terluka, namun jumlah pasti tidak diketahui.

Angka ini menambah jumlah korban jiwa pada demonstrasi yang sama. Minggu (10/8), dua petugas keamanan tewas setelah demonstran meledakkan mobil mereka. Esoknya beberapa orang yang mengamuk membunuh dua pekerja dan dua polisi. Polisi merespons dengan melepaskan tembakan yang menewaskan tiga orang.

Sejak Selasa para pekerja tambang menduduki bukit batu dekat pertambangan yang berjarak 70 kilometer di barat laut Johannesburg. Mereka membawa golok, tongkat, dan pentungan. Mereka menyanyikan “Perjuangan, perjuangan, itu akan memerdekakan kita”. Mereka menyatakan siap mati di bukit itu apabila Lonmin tidak memberikan kenaikan upah 12.500 rand (sekitar Rp 14,5 juta).  Ekonomi Afrika Selatan sedang mengalami dampak akibat rand melemah terhadap dolar tahun lalu.

Perseteruan berdarah ini tidak lepas dari konflik antara dua kelompok pekerja, AMCU dan Serikat Pekerja Tambang Nasional (NUM) yang lebih dominan. AMCU lebih baru dan radikal daripada NUM. NUM dituduh bersekongkol dengan para petinggi Lonmin. “NUM telah mengabaikan kami. NUM bekerja untuk dan dibayar oleh orang-orang kulit putih. Mereka melupakan para pekerja,” kata penambang Kelebone kepada nytimes.com. Kelebone menangani kerja yang sulit dan berbahaya sebagai operator mesin derek dengan upah sekitar Rp 4,7 juta per bulan.

NUM membela polisi. “Polisi sudah sabar, namun orang-orang tersebut memegang senjata berbahaya,” kata Sekretaris Jenderal NUM Frans Baleni kepada stasiun radio Kaya FM, dikutip nytimes.com.

Kapten Dennis Adrioa menyatakan kepolisian telah melakukan pendekatan taktis. Juru bicara kepolisian mengaku telah mengajak pemimpin AMCU berbicara, namun gagal, sehingga mereka melepaskan tembakan. “Ini hari yang sial,” kata Dennis kepada situs Mail & Guardian, mg.co.za.

“Itu adalah operasi polisi,” komentar Barnard Mokwena, Wakil Presiden Lonmin, kepada guardian.co.uk.
Lonmin menyatakan demonstrasi itu ilegal. “Para pekerja yang mogok tetap bersenjata dan tidak masuk kerja. Ini ilegal,” kata pernyataan resmi Lonmin. Para demonstran menyerang pekerja yang masuk pada Sabtu, kata Lonmin dan NUM.

Tambang di Marikana menghasilkan 96 persen platinum Lonmin. Ini adalah tambang platinum ketiga terbesar dan memenuhi 12 persen kebutuhan dunia. Operasi penambangan berhenti total Selasa lalu. Setelah penembakan pada Kamis, indeks saham Lonmin di Bursa Efek London turun 6,33 persen.

Leave a Reply