Jam sembilan pagi warga pandang raya melakukan aksi protes kepada pihak Sekolah Dasar Negri Impres Todopuli I Di Jalan Jati Makassar sulawesi selatan, pasalnya empat anak dari kampung miskin kota yang terancam dieksekusi tersebut tidak lulus dalam ujian masuk sekolah karena alasan yang tidak jelas.
Empat warga pandang yang anak tidak lulus itu diterima oleh pihak sekolah dengan sikap yang acuh tak acuh. Pihak sekolah berdalih karena alasan umur yang sudah terlalu telat untun masuk sekolah dan bahkan menghubung-hubungkannya dengan kemampuan otak pada umur sembilan tahun yang sudah menurun. Dan ironisnya, peserta ujian yang diterima semuanya dari kalangan menengah keatas. Tapi pihak orang tua ngotot dengan mengancam akan melakukan aksi protes lanjutan ke pihak Dinas Pendidikan jika mereka tidak mendapatkan kejelasan.
Secara administrasi mereka telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, tapi sejak awal pihak sekolah melalui ujian masuk telah memberatkan anak-anak tersebut. Bagaimana mungkin anak yang memang belum tahu membaca dan menulis harus melalui ujian membaca dan menulis agar bisa ikut belajar membaca dan menulis?.
Setelah didesak, pihak sekolah dengan sangat MEMALUKAN akhirnya menerima anak-anak tersebut. Sungguh memalukan, sekali lagi, sekolah yang semestinya membebaskan malah sebaliknya, memenjarakan.
inilah ironi pendidikan Indonesia. tidak ada alasan untuk tidak menerima orang yang mau sekolah.