Pada hari Rabu (18/1) kemarin tercatat dua pos milik perusahaan Pertambangan di areal tambang nikel Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, dibakar sekelompok orang tak dikenal.
Selain dua posko, sebuah mesin generator dan sepeda motor milik Polisi pengaman tambang tersebut juga hangus terbakar.
Pembakaran diduga terkait kemarahan warga atas kebrutalan pihak perusahaan tambang yang melahap sejumlah tanah secara sepihak serta perjanjian ganti rugi yang hingga sekarang hanya mejadi bualan pihak korporasi perusahaan tersebut.
Dalam kacamata kami, kasus ini bukanlah sebuah pemandangan baru yang kerap terjadi belakangan ini, dimana-mana warga sudah berani mengorganisir dirinya untuk melawan tirani keserakahan korporasi, maka tak ayal lagi, tindakan dan model perlawanan merekapun diwujudkan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan vandalisme serupa.
Kehidupan dialam neoliberal seperti di indonesia saat ini memang memaksa kita menjadi buas, dalam arti sederhana, kita harus belajar lupa cara-cara kompromi dan tipikal aksi massa yang masih bermohon-mohon dan permisif terhadap kekuasaan. Terkadang para politisi yang didukung korporasi besar mestilah dibuat sedikit terkesima dengan kemarahan kita sebagai satu-satunya kaum yang selalu dikendalikan oleh segelintir orang, Penguasa dan Pengusaha.
Maka satu kemutlakanlah ketika tipe perlawanan seperti kejadian diatas berani dilakukan, terlebih karena memang jalur perjuangan mereka selama ini tak menghasilakan apa-apa dan tak mendapat perhatian sama sekali.
Kami hanya menggaris bawahi satu garis halus dari peristiwa ini, bahwa dimana-mana warga telah muak dengan model kehidupan seperti ini, termasuk kami.
Kami hanya menggaris bawahi satu garis halus dari peristiwa ini, bahwa dimana-mana warga telah muak dengan model kehidupan seperti ini, termasuk kami.
lihat juga (http://id.berita.yahoo.com/pos-perusahaan-tambang-di-kolaka-dibakar-112729279.html