Di balik popularitas Apple sebagai produsen gadget yang paling banyak diincar kalangan metropolis, rupanya tersimpan cerita yang bisa membuat orang terbelalak tentang bagaimana kapitalisme menghajar kebebasan manusia dalam dunia kerja.
Setiap hari ratusan ribu pekerja yang merakit produk Apple di Chengdu, China diperlakukan sebagai budak oleh para pemasok, dan sesekali hidup mereka terancam bahaya.
Bagaimana tidak, mereka harus bekerja selama sepekan penuh tanpa mendapat libur walaupun hanya sehari. Mereka juga harus berdesakan di asrama dan diharuskan berdiri sepanjang hari sampai kaki mereka membengkak. Bahkan, mereka kerap mengalami kesulitan berjalan setelah bekerja dalam shift 24 jam.
Daily Mail Jumat 27 Januari 2012 memberitakan, di depan pintu masuk pabrik Apple bahkan terpampang spanduk bertuliskan 'Bekerja keras lah di pekerjaan Anda hari ini atau bekerja keras lah mencari pekerjaan besok'. Pekerja yang datang terlambat sering dihukum dengan disuruh menulis surat pengakuan bersalah dan lalai dalam menjalankan pekerjaan.
Tak hanya itu. Pernah ada kasus ledakan bahan kimia berbahaya yang biasa digunakan membersihkan layar iPhone yang melukai 140 orang. Sempat pula ada dua ledakan yang melukai lebih dari 75 orang dan menewaskan empat orang.
Berita tentang kenyataan para pekerja yang mencengangkan ini muncul setelah Apple mengumumkan peningkatan keuntungannya sebesar US$13 miliar dari penjualan US$46 miliar di kuartal terakhir.
Sejak 2007, lebih dari separuh pemasok yang diaudit Apple diketahui sudah melanggar setidaknya satu poin dalam acuan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan sudah dinyatakan melanggar hukum.
Di salah satu pabrik Foxconn yang merupakan mitra manufaktur Apple, seorang karyawan pernah menjatuhkan diri dari ketinggian saat kehilangan sebuah prototipe Apple pada 2009, dan 18 orang lain mencoba melakukan hal yang sama. Sejak saat itu, kantor menyediakan jasa perawatan mental, dan dipasang jaring untuk mencegah hal yang sama terulang.
*Sekali lagi kami berujar! kami menentang totalitas kerja
Setiap hari ratusan ribu pekerja yang merakit produk Apple di Chengdu, China diperlakukan sebagai budak oleh para pemasok, dan sesekali hidup mereka terancam bahaya.
Bagaimana tidak, mereka harus bekerja selama sepekan penuh tanpa mendapat libur walaupun hanya sehari. Mereka juga harus berdesakan di asrama dan diharuskan berdiri sepanjang hari sampai kaki mereka membengkak. Bahkan, mereka kerap mengalami kesulitan berjalan setelah bekerja dalam shift 24 jam.
Daily Mail Jumat 27 Januari 2012 memberitakan, di depan pintu masuk pabrik Apple bahkan terpampang spanduk bertuliskan 'Bekerja keras lah di pekerjaan Anda hari ini atau bekerja keras lah mencari pekerjaan besok'. Pekerja yang datang terlambat sering dihukum dengan disuruh menulis surat pengakuan bersalah dan lalai dalam menjalankan pekerjaan.
Tak hanya itu. Pernah ada kasus ledakan bahan kimia berbahaya yang biasa digunakan membersihkan layar iPhone yang melukai 140 orang. Sempat pula ada dua ledakan yang melukai lebih dari 75 orang dan menewaskan empat orang.
Berita tentang kenyataan para pekerja yang mencengangkan ini muncul setelah Apple mengumumkan peningkatan keuntungannya sebesar US$13 miliar dari penjualan US$46 miliar di kuartal terakhir.
Sejak 2007, lebih dari separuh pemasok yang diaudit Apple diketahui sudah melanggar setidaknya satu poin dalam acuan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan sudah dinyatakan melanggar hukum.
Di salah satu pabrik Foxconn yang merupakan mitra manufaktur Apple, seorang karyawan pernah menjatuhkan diri dari ketinggian saat kehilangan sebuah prototipe Apple pada 2009, dan 18 orang lain mencoba melakukan hal yang sama. Sejak saat itu, kantor menyediakan jasa perawatan mental, dan dipasang jaring untuk mencegah hal yang sama terulang.
*Sekali lagi kami berujar! kami menentang totalitas kerja
Ini adalah proses yang telah berlangsung selama beberapa abad, sebuah proses yang melibatkan perampokan dan penjarahan hasrat oleh kelas penguasa. Oleh karena itu, setelah kapasitas untuk menentukan kondisi hidup kita sendiri telah dirampas, maka kontrak bebas antara kelas penguasa dan masyarakat tidak mungkin terjadi. Bukankah Semua hal itu akan lebih layak jika kita disebut sebagai perbudakan bentuk modern?
Di sinilah letak kekuatan dari dominasi—kepatuhan budak untuk menerima jaminan hidup mereka menjalani kondisi bertahan hidup yang tak bermakna, yang menurut mereka lebih aman daripada kehidupan bebas yang tak dapat menjamin apa-apa.
Oleh karena itu, untuk mengakhiri perbudakan, dan untuk melangkah melampaui penjara bertahan hidup, sangatlah vital untuk melawan kepatuhan dan merampas kembali hidup kita sekarang juga. Proyek seperti ini akan menempatkan kita pada posisi konflik dengan setiap pranata sosial dunia kerja; jadi, proyek untuk merampas kembali kondisi hidup kita adalah juga suatu proyek penghancuran dunia kerja.
tolong sumber tulisannya di share juga ??